Beranda | Artikel
Tema-Tema Kultum Pilihan
Senin, 22 Mei 2017

Pengantar

Bismillah. Bulan Ramadhan semarak dengan ibadah dan ketaatan. Selain itu Ramadhan juga semarak dengan nasihat dan dakwah. Kultum Ramadhan sering kita dengarkan, baik ketika menjelang tarawih atau sesudahnya, begitu pula ketika ba’da subuh dan waktu-waktu lainnya.

Tentu saja ini adalah kesempatan yang sangat berharga untuk menebarkan ilmu dan berbagi faidah dalam rangka saling menasihati dalam kebenaran dan kesabaran. Kesempatan yang sangat berarti untuk menegakkan amar ma’ruf dan nahi mungkar dan berdakwah di atas ilmu. Karena itulah dalam kesempatan ini kami memohon taufik kepada Allah untuk menuliskan beberapa tema kultum pilihan dengan sedikit kandungan faidah yang mungkin bisa disampaikan.

1 – Ramadhan dan Keimanan

Kaum muslimin yang dirahmati Allah, alhamdulillah kita bisa berjumpa lagi dengan bulan Ramadhan. Sebuah bulan yang sangat dinantikan oleh kaum beriman. Allah berfirman (yang artinya), “Wahai orang-orang yang beriman, telah diwajibkan kepada kalian puasa, sebagaimana telah diwajibkan kepada orang-orang sebelum kalian, mudah-mudahan kalian bertakwa.” (al-Baqarah : 183)

Ayat ini sering kita dengar. Ia memberi pelajaran kepada kita bahwa puasa merupakan panggilan bagi umat beriman. Adapun orang yang tidak beriman akan merasa berat bahkan tidak mau melakukan ketaatan dan ibadah kepada Allah. Allah mengingatkan kita bahwa nikmat iman adalah nikmat yang harus kita syukuri. Cara mensyukurinya adalah dengan melakukan ketaatan kepada Allah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa melakukan puasa Ramadhan dalam keadaan beriman dan mencari pahala niscaya akan diampuni dosa-dosanya yang telah berlalu.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Kaum muslimin yang dirahmati Allah, alhamdulillah bulan Ramadhan ini kita masih bertemu dengan bulan puasa. Sebagian saudara kita telah mendahului kita ke alam kubur sehingga tidak lagi bersama kita di bulan Ramadhan ini. Kehidupan ini adalah nikmat yang sangat besar bagi kita, agar kita pergunakan dalam ketaatan dan keimanan. Allah berfirman (yang artinya), “Demi masa. Sesungguhnya manusia benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman, beramal salih, saling menasihati dalam kebenaran, dan saling menasihati dalam menetapi kesabaran.” (al-‘Ashr : 1-3)

Ramadhan adalah madrasah bagi kita untuk memperkuat keimanan. Saat dimana kita kembali dekat dengan al-Qur’an dan merenungkan isinya. Saat bagi kita untuk membasahi lisan kita dengan dzikir dan doa kepada-Nya. Saat bagi kita untuk berbagi kepada sesama dan membantu dakwah di jalan Allah sekuat kemampuan kita. Marilah kita manfaatkan bulan Ramadhan ini dengan sebaik-baiknya untuk memperkuat keimanan dan menjauhkan hal-hal yang bisa merusak iman.

2 – Ramadhan dan Ibadah

Kaum muslimin yang dirahmati Allah, datangnya bulan Ramadhan kepada kaum muslimin adalah nikmat yang sangat agung. Pada bulan ini kita diperintahkan untuk menjalankan ibadah puasa. Menahan lapar dan haus dari sejak adzan subuh hingga adzan maghrib. Semata-mata demi mencari keridhaan Allah dan surga-Nya. Ibadah yang sangat agung ini adalah bagian dari sekian banyak ibadah yang Allah hamparkan untuk kita demi meraih bahagia.

Allah berfirman (yang artinya), “Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku.” (adz-Dzariyat : 56). Ayat yang mulia ini merupakan jalan hidup kita, bahwa kita hidup untuk beribadah kepada Allah semata dan meninggalkan segala sesembahan selain-Nya. Ibadah kepada Allah artinya tunduk menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Ibadah kepada Allah merupakan jalan kebahagiaan dan keselamatan kita.

Kaum muslimin yang dirahmati Allah, di bulan Ramadhan ini kita tentu banyak mendengar nasihat dan tausiyah. Hal ini bukanlah perkara yang sia-sia. Bahkan nasihat itu akan bermanfaat bagi kehidupan kita. Dengan nasihat dan bimbingan para ulama maka ibadah kita akan bisa menjadi semakin lurus dan jauh dari penyimpangan. Sebab ibadah yang Allah terima adalah ibadah yang ikhlas dan sesuai tuntunan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam

Allah berfirman (yang artinya), “Maka barangsiapa yang mengharapkan perjumpaan dengan Rabbnya hendaklah dia melakukan amal salih dan tidak mempersekutukan dalam beribadah kepada Rabbnya dengan sesuatu apapun.” (al-Kahfi : 110). Ayat ini memberikan faidah bagi kita bahwa ibadah haruslah bersih dari syirik, karena syirik adalah perusak amalan. Begitu pula ibadah harus sesuai dengan tuntunan, kalau tidak maka ia akan tertolak dan sia-sia.

3 – Ramadhan dan Keikhlasan

Kaum muslimin yang dirahmati Allah, bulan Ramadhan sarat dengan bentuk-bentuk ibadah. Apakah itu sholat malam, membaca al-Qur’an, puasa, sedekah, dan bentuk-bentuk amal salih lainnya. Semua amal salih ini akan diterima oleh Allah apabila dilandasi dengan keikhlasan. Allah berfirman (yang artinya), “Dan tidaklah mereka diperintahkan kecuali supaya beribadah kepada Allah dengan mengikhlaskan agama untuk-Nya dengan hanif, dan mendirikan sholat serta menunaikan zakat. Dan itulah agama yang lurus.” (al-Bayyinah : 5)

Ikhlas adalah penting kita wujudkan. Sebab ikhlas adalah pondasi amalan. Amal sebesar apapun jika tidak dibarengi keikhlasan hanya akan terbang sia-sia. Kita tentu masih ingat kisah yang disebutkan dalam hadits sahih mengenai tiga orang yang pertama kali diadili pada hari kiamat. Mereka adalah ahli baca qur’an sekaligus penimba ilmu agama, mujahid, dan dermawan yang suka membantu pendanaan kebaikan-kebaikan. Akan tetapi mereka dilemparkan ke dalam neraka akibat amalnya hanya ingin mencari pujian manusia alias tidak ikhlas karena Allah.

Puada mendidik kita untuk beribadah dengan ikhlas. Karena hanya Allah yang mengetahui hakikat puasa kita secara lahir dan batin. Apakah ketika sendirian kita juga berpuasa -sebagaimana ketika berada di hadapan orang-, hanya Allah kemudian kita sendiri yang mengetahuinya. Di sinilah kiranya perlu kita tanamkan bahwa ibadah itu harus bersih dari keinginan-keinginan yang rendah semisal ingin dipuji atau ingin mendapatkan keuntungan duniawi belaka. Amal-amal seperti ini akan sia-sia. Allah berfirman (yang artinya), “Dan Kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan lalu Kami jadikan ia bagaikan debu-debu yang beterbangan.” (al-Furqan : 23)

4 – Ramadhan dan Kesabaran

Kaum muslimin yang dirahmati Allah, Ramadhan merupakan madrasah bagi kita untuk menempa kesabaran. Sabar sebagaimana dijelaskan para ulama seperti kepala bagi tubuh manusia. Apabila kepalanya hilang maka matilah tubuh itu. Demikian pula iman, apabila seorang tidak punya kesabaran pada akhirnya dia akan hanyut dalam kekafiran dan kemusyrikan.

Sabar itu ada tiga macam; sabar dalam melakukan ketaatan, sabar dalam menjauhi maksiat, dan sabar dalam menghadapi musibah dan bencana. Puasa mendidik jiwa kita untuk kuat menjalankan perintah Allah dengan menahan makan dan minum hingga datangnya saat berbuka. Puasa mendidik kita untuk kuat menjauhi segala pembatal puasa maupun perusak-perusak pahalanya. Puasa juga menggembleng hati kita untuk kuat menanggung haus dan lapar hingga maghrib tiba.

Dengan kesabaran inilah kita akan bisa merasakan lezatnya iman. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Pasti akan merasakan lezatnya iman, orang yang ridha Allah sebagai Rabb, Islam sebagai agama, dan Muhammad sebagai rasul.” (HR. Muslim). Orang yang ridha Allah sebagai Rabb akan merasa ringan dalam melakukan ketaatan. Orang yang ridha Islam sebagai agama akan merasa senang dalam menjalankan ibadah puasa. Dan orang yang ridha Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai rasul niscaya akan lapang hatinya untuk menerima hukum-hukum Islam yang mengatur hidup dan kehidupannya.

Allah berfirman (yang artinya), “Dan tidaklah pantas bagi seorang lelaki yang beriman dan perempuan yang beriman, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu perkara kemudian masih ada bagi mereka pilihan lain dalam urusan mereka. Barangsiapa durhaka kepada Allah dan Rasul-Nya sungguh dia telah tersesat dengan kesesatan yang amat nyata.” (al-Ahzab : 36)

5 – Ramadhan dan Ketakwaan

Kaum muslimin yang dirahmati Allah, bulan Ramadhan begitu berkesan di dalam hati kita. Bagaimana tidak? Sementara pada bulan ini kita diwajibkan berpuasa sejak pagi hingga sore selama sebulan penuh demi menjalankan syari’at-Nya. Amalan yang begitu agung ini merupakan cerminan ketakwaan yang ada di dalam diri hamba-hamba Allah. Ketakwaan itu terwujud ketika dia mau tunduk kepada Allah dengan melakukan perintah-perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya. Inilah takwa.

Allah berfirman (yang artinya), “Barangsiapa melakukan amal salih dari kalangan lelaki atau perempuan dalam keadaan beriman benar-benar Kami akan memberikan kepadanya kehidupan yang baik, dan pasti akan Kami berikan balasan kepada mereka dengan pahala yang jauh lebih baik daripada apa-apa yang telah mereka lakukan.” (an-Nahl : 97). Iman dan amal salih adalah ruh dari ketakwaan. Iman dan amal salih inilah yang mengantarkan manusia menuju kebahagiaan.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada tubuh-tubuh kalian atau rupa-rupa kalian. Akan tetapi Allah melihat kepada hati dan amal-amal kalian.” (HR. Muslim). Hati yang diisi dengan keimanan adalah hati orang yang bertakwa. Anggota badan yang digunakan dalam ketaatan dan amal salih adalah anggota badan orang yang bertakwa. Takwa bukan hanya di lisan, tetapi meresap ke dalam hati dan tercermin dalam perilaku keseharian.

Puasa bukan diwajibkan untuk menyiksa manusia akan tetapi untuk mengantarkan mereka menuju tingkatan takwa sehingga di akhirat mereka akan selamat dari api neraka dan dimasukkan ke dalam surga dengan rahmat dan karunia dari Allah subhanahu wa ta’ala. Marilah kita jaga puasa-puasa kita dari hal-hal yang merusak iman dan mengotori ketakwaan.

6 – Ramadhan dan Dzikir kepada Allah

Kaum muslimin yang dirahmati Allah, bulan Ramadhan saat bagi umat Islam untuk kembali membaca dan mengkhatamkan al-Qur’an. Bukan hanya karena ingin mengejar pahala, tetapi lebih daripada itu kita ingin agar ayat-ayat itu bisa membekas di dalam hati dan merubah pola pikir dan gaya hidup kita agar lebih baik dan mendapat berkah dari Allah ta’ala. Allah berfirman (yang artinya), “Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang apabila disebutkan nama Allah takutlah hati mereka, apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya bertambahlah imannya, dan hanya kepada Rabbnya mereka bertawakal.” (al-Anfal : 2)

Ramadhan adalah bulan yang sarat dengan dzikir. Dengan dzikir inilah hati menjadi tenang dan hidup bersinar kebaikan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Perumpamaan orang-orang yang mengingat Rabbnya dengan orang-orang yang tidak mengingat Rabbnya seperti perbandingan antara orang hidup dengan orang mati.” (HR. Bukhari)

Seorang ulama besar bernama Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata, “Dzikir bagi hati seperti air bagi ikan. Apakah yang terjadi pada seekor ikan apabila memisahkan dirinya dari air?” Marilah bulan puasa ini kita hiasi dengan dzikir baik dengan lisan, dengan hati, dan juga kita terapkan dalam bentuk amal ketaatan. Dzikir dengan mendirikan sholat. Dzikir dengan mengumandangkan adzan. Dzikir dengan membaca al-Qur’an. Dan dzikir-dzikir setelah sholat lima waktu. Mudah-mudahan dengan semakin banyak berdzikir hati kita semakin tenang dan tentram.

7 – Ramadhan dan Hidayah

Kaum muslimin yang dirahmati Allah, bulan Ramadhan seperti taman yang begitu indah dan mempesona. Di dalamnya terdapat berbagai macam bentuk amal ketaatan. Di dalamnya tersimpan berbagai faidah yang mengesankan. Di dalamnya juga mengalir sungai hidayah yang membasahi hati dan perasaan. Ramadhan adalah bulan diturunkannya al-Qur’an; sebuah kitab yang membawa hidayah dan bimbingan bagi umat manusia yang menginginkan kebahagiaan.

Allah berfirman (yang artinya), “Maka barangsiapa yang mengikuti petunjuk-Ku niscaya dia tidak akan tersesat dan tidak pula celaka.” (Thaha : 123). Ibnu ‘Abbas radhiyallahu’anhuma -seorang sahabat yang ahli tafsir al-Qur’an- mengatakan, “Allah memberikan jaminan kepada siapa saja yang membaca al-Qur’an dan mengamalkan ajaran yang ada di dalamnya, bahwa dia tidak akan tersesat di dunia dan tidak celaka di akhirat.” 

Generasi terdahulu umat ini -yaitu para sahabat, tabi’in, dan tabi’ut tabi’in- menjadi mulia dan berjaya karena mereka mengikuti petunjuk al-Qur’an. Inilah bukti kebenaran sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Sesungguhnya Allah memuliakan beberapa kaum dengan Kitab ini dan merendahkan sebagian kaum yang lain dengan Kitab ini pula.” (HR. Muslim)

Hidayah adalah kebutuhan hidup kita sepanjang hari. Bahkan kita memintanya kepada Allah minimal tujuh belas kali dalam sehari semalam. Ihdinash shirathal mustaqim yang artinya, “Tunjukilah kami -ya Allah- jalan yang lurus.” Inilah hidayah yang kita minta setiap harinya. Hidayah berupa ilmu dan amalan. Hidayah agar bisa sabar dalam ketaatan, sabar dalam menjauhi maksiat, dan sabar dalam menghadapi musibah yang terasa menyakitkan.

8 – Ramadhan dan Ilmu

Kaum muslimin yang dirahmati Allah, bulan Ramadhan membuat kita begitu akrab dengan majelis ilmu. Sebuah majelis yang disebut oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai taman-taman surga. Di bulan Ramadhan inilah kita sering menyimak tausiyah, nasihat dan pengajian-pengajian lebih banyak daripada di bulan-bulan yang lainnya.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang Allah kehendaki kebaikan padanya niscaya Allah pahamkan dia dalam hal agama.” (HR. Bukhari dan Muslim). Memahami ilmu agama adalah tanda kebaikan seorang hamba. Karena dengan ilmu itulah dia akan bisa beribadah kepada Allah dengan benar dan sesuai tuntunan Rasul-Nya.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda, “Barangsiapa menempuh suatu jalan dalam rangka mencari ilmu (agama) niscaya Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR. Muslim). Ilmu agama ini adalah jalan menuju surga. Berbahagialah apabila Allah mudahkan anda untuk hadir dalam majelis ilmu dan mendengar nasihat-nasihat agama.

Imam Ahmad rahimahullah berkata, “Manusia lebih banyak membutuhkan ilmu daripada kebutuhan mereka kepada makanan dan minuman. Karena makanan dan minuman dibutuhkan dalam sehari sekali atau dua kali. Adapun ilmu dibutuhkan sebanyak hembusan nafas.”

9 – Ramadhan dan Waktu

Kaum muslimin yang dirahmati Allah, bulan Ramadhan hari demi hari kita lalui. Nikmatnya santap sahur, buka puasa, dan lantunan ayat-ayat al-Qur’an yang menghiasi pendengaran dan lisan-lisan kita. Sungguh sebuah kelezatan yang tiada terkira. Kelezatan yang hanya bisa dirasakan oleh orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya.

Waktu adalah nikmat dari Allah. Terlebih lagi waktu di bulan penuh berkah ini. Pagi hari, sore hari, siang hari, malam hari, banyak ketaatan dan amal yang bisa kita kerjakan dengan penuh kelegaan. Di pagi hari kita telah bangun untuk mempersiapkan santap sahur sebelum subuh. Di sore hari kita telah bersiap-siap menyambut buka puasa. Di siang hari kita pun mengisi waktu luang dengan dzikir, doa, dan membaca ayat-ayat al-Qur’an. Di malam hari kita isi dengan sholat tarawih dan amal-amal kebaikan lainnya. Waktu adalah nikmat yang sangat besar.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Dua buah nikmat yang membuat banyak orang tertipu dan merugi; yaitu kesehatan dan waktu luang.” (HR. Bukhari). Jangan sampai waktu kita terbuang sia-sia hanya untuk tidur atau begadang sampai terlambat sholat subuh. Jangan sampai waktu kita terbuang percuma dengan ngobrol tidak tentu arah apalagi menggunjing saudaranya sesama muslim atau mendengarkan musik-musik dan nyanyian.

Hargailah waktu yang Allah berikan kepadamu. Karena waktu dan hari itu adalah perjalanan yang harus anda tempuh menuju negeri akhirat dan keabadian. Hasan al-Bashri rahimahullah -seorang ulama tabi’in- berkata, “Wahai anak Adam! Sesungguhnya kamu ini adalah kumpulan perjalanan hari demi hari. Setiap hari berlalu maka lenyaplah bagian dari dirimu.” 


Artikel asli: https://www.al-mubarok.com/tema-tema-kultum-pilihan/